Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2025

Mukjizat Pencerahan

Kisah pencerahan Sang Buddha di bawah pohon Bodhi, di mana bumi bergetar dan para dewa bersorak, bukan sekadar narasi religius. Ia adalah metafora universal tentang transformasi kesadaran yang melampaui batas ruang dan waktu. Dalam gempa bumi simbolis itu, terletak getaran kebenaran yang mengganggu fondasi ilusi manusia, sementara sorak para dewa mencerminkan harmoni kosmis yang lahir ketika seorang manusia menyatu dengan realitas tertinggi. Pencerahan, dalam esensinya, adalah mukjizat kesadaran—sebuah pergeseran radikal dari persepsi terbatas menuju penglihatan yang utuh. Namun, untuk memahami keajaiban ini secara holistik, kita perlu menyelaminya melalui lensa filsafat, esoteris, dan theosofi, tiga tradisi yang saling berpelukan dalam upaya mengungkap hakikat realitas. Secara filosofis, pencerahan mengajak kita pada pertanyaan mendasar: apa hubungan antara subjek dan objek, antara pengamat dan yang diamati? Immanuel Kant, dalam  Critique of Pure Reason , menyatakan ba...

"Suradira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti"

Pepatah Jawa “Suradira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti” adalah ungkapan bijak yang mengajarkan bahwa kekuatan angkara murka, sekeras dan sekuat apa pun, akan luluh oleh kelembutan dan kebajikan. Secara harfiah, frasa ini menggambarkan pertarungan antara kekerasan dan kelembutan, tetapi maknanya jauh lebih dalam: ia adalah cerminan cara manusia memahami dualitas kehidupan, transformasi diri, dan pencarian harmoni kosmis. Melalui perspektif filsafat, esoteris, dan theosofi, pepatah ini tidak hanya menjadi pedoman hidup praktis, tetapi juga jendela untuk memahami prinsip-prinsip universal yang mengatur alam semesta dan relasi manusia dengan yang transenden. Dalam filsafat, pepatah ini mengundang refleksi tentang paradoks kekuatan dan kelembutan. Selama berabad-abad, kekuatan sering diidentikkan dengan dominasi fisik, seperti dalam pemikiran Machiavelli atau Nietzsche yang melihat kekuasaan sebagai tujuan akhir. Namun, filsafat Timur—khususnya Jawa—menawarkan perspektif b...

Spesifikasi Istilah

Bahasa, sebagai sarana utama manusia untuk memahami dan mengekspresikan realitas, tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari, tetapi juga sebagai jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat keberadaan. Dalam konteks filsafat, esoteris, dan theosofi, presisi bahasa menjadi fondasi yang menentukan ketajaman analisis, kedalaman refleksi, serta kemampuan untuk menyelaraskan perbedaan persepsi antarmanusia. Ketidakjelasan istilah, sebaliknya, dapat mengaburkan makna, memicu kesalahpahaman, dan bahkan memicu konflik—baik dalam lingkup intelektual maupun sosial. Kita akan mengeksplorasi peran presisi bahasa dalam membangun kerangka pemikiran yang kokoh, khususnya melalui perspektif filsafat, esoteris, dan theosofi, sembari mengkaji bahaya ambiguitas serta pentingnya kejelasan istilah dalam menjembatani perbedaan pemahaman. Dari sudut pandang filsafat, bahasa adalah medium yang memungkinkan manusia untuk mengkristalisasikan ide-ide abstrak menjadi ko...

Dualisme

Dualisme, sebagai teori yang menegaskan keberadaan dua prinsip dasar yang tak tereduksi, telah menjadi poros penting dalam perjalanan pemikiran manusia. Konsep ini tidak hanya mewarnai diskursus filsafat Barat dan agama-agama besar dunia, tetapi juga memicu refleksi mendalam dalam tradisi esoteris seperti Theosofi. Di balik perdebatan antara dualitas dan non-dualitas, tersembunyi pertanyaan abadi tentang hakikat realitas, kesadaran, serta hubungan antara manusia dengan kosmos. Kita akan menelusuri perkembangan dualisme dalam berbagai tradisi intelektual dan spiritual, sekaligus mengeksplorasi upaya untuk melampauinya melalui perspektif non-dualistik yang menawarkan visi kesatuan mendasar. Dalam filsafat Barat, René Descartes menancapkan tonggak pemikiran dualistik melalui pemisahan radikal antara  res cogitans  (pikiran) dan  res extensa  (materi). Descartes, dalam  Meditationes de Prima Philosophia , menempatkan kesadaran sebagai entitas independe...