Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2025

Esensi

Dalam upaya manusia untuk memahami hakikat dirinya dan semesta raya, selalu ada kerinduan untuk menembus selubung penampakan, untuk menyentuh inti terdalam dari segala yang ada. Konsep "essensi" dalam tradisi teosofi, khususnya sebagaimana dirumuskan oleh Helena Petrovna Blavatsky dan para penerusnya, menawarkan sebuah peta metafisika yang mendalam untuk menjelajahi wilayah tak terjamah ini. Ia bukan sekadar istilah filosofis yang kering, melainkan sebuah kunci untuk membuka pemahaman tentang asal-usul, evolusi, dan tujuan akhir dari seluruh eksistensi. Essensi, dalam pandangan teosofi, adalah substansi primordial yang homogen, absolut, dan omnipresent—sumber segala sesuatu yang melampaui segala batas, definisi, dan bahkan pemahaman pikiran manusia biasa yang terikat oleh indra dan logika biner. Ia adalah Sang Absolut itu sendiri, tak berbentuk dan tak terdefinisi, melampaui tujuh tingkatan dunia atau dimensi realitas yang dikenal dalam kosmologi esoteris. Inilah ...

Menjelajahi Labyrinth Waktu dan Dimensi

Sejak fajar pemikiran manusia, ketika langit pertama kali memantulkan kecemasan dan kekaguman dalam jiwa para peramal dan filsuf purba, misteri waktu dan dimensi telah menggoda, menghantui, dan menginspirasi, sebuah teka-teki yang tertanam dalam kain realitas itu sendiri, menggema melalui koridor sejarah dari debat sengit di Akademia Plato hingga kontemplasi sunyi di biara-biara Himalaya. Para pemikir Yunani, dengan kecerdasan analitis mereka yang tajam, mencoba menjinakkan hakikat perubahan dan durasi; Plato dalam "Timaeus" menggambarkan waktu sebagai "gambar bergerak dari keabadian", sebuah tiruan ilahi yang berdetak dalam ritme langit, sementara Aristoteles, lebih pragmatis, melihatnya sebagai ukuran gerak, terkunci erat dengan peristiwa fisik di alam semesta yang dapat diamati. Namun, di belahan dunia lain, di lembah Indus dan kaki pegunungan Gangga, tradisi Hindu dan Buddha memandang waktu dengan mata yang berbeda, mengenalkan konsep  maya  – ilus...

Ether

Konsep "ether" telah menjadi benang merah yang menghubungkan benak manusia dalam usahanya memahami hakikat realitas selama berabad-abad. Ia bukan sekadar istilah, melainkan sebuah arketip metafisik, sebuah gagasan yang terus-menerus muncul dalam berbagai wacana—filsafat, agama, sains, dan tradisi esoteris—mencerminkan kerinduan mendalam untuk menemukan prinsip pemersatu di balik keragaman fenomena. Istilah ini, dengan nuansa maknanya yang berlapis-lapis, berfungsi sebagai jembatan konseptual antara dunia materi yang kasat mata dan ranah spiritual yang halus, antara yang terukur dan yang tak terungkap, antara mikro dan makrokosmos. Dalam tulisan ini, kita akan menyelami tiga makna utamanya—dalam Theosofi, Fisika, dan Hinduisme—melalui lensa filsafat yang mempertanyakan hakikat keberadaan, esoteris yang mencari pengetahuan batin, dan theosofi yang mensintesiskan kebijaksanaan kuno, untuk mengungkap relevansi abadinya sebagai simbol pencarian manusia akan kesatuan fu...

Menyelami Samudera Etika

Etika, sebagai cabang filsafat yang merenungkan hakikat baik dan buruk serta landasan penilaian moral manusia, bukan sekadar sistem aturan melainkan cermin terdalam dari pergulatan rohani umat manusia. Dalam tradisi Barat, kita mengenal pembagian klasik menjadi Metaetika, Etika Normatif, dan Etika Terapan – sebuah kerangka analitis yang berguna, namun sering kali terjebak dalam dualisme dan intelektualisme yang mengabaikan dimensi batin. Dari sudut pandang filsafat perenial, esoteris, dan theosofi, etika mengungkapkan dirinya sebagai ekspresi evolusi kesadaran, perjalanan jiwa menuju penyatuan dengan Sumber, dan penerapan hukum kosmik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami hakikat etika secara utuh, kita perlu menyelami tidak hanya argumen rasional para filsuf tetapi juga kebijaksanaan abadi yang tersembunyi di jantung semua tradisi spiritual. Persoalan mendasar yang diungkapkan dalam Metaetika – apakah moralitas bersifat objektif atau subjektif – menemukan resonan...

Jejak Cahaya Abadi

Peradaban manusia, seringkali dipetakan melalui monumen megah, penaklukan geografis, atau lonjakan teknologi, sesungguhnya mengalirkan arus yang jauh lebih dalam dan abadi: pencarian tak kenal lelah akan makna, hubungan dengan yang transenden, dan pemahaman tentang tempat manusia dalam kosmos yang maha luas. Perjalanan panjang ini bukanlah garis lurus menuju kemajuan material semata, melainkan sebuah simfoni kompleks perkembangan kesadaran—sebuah evolusi spiritual, filosofis, dan esoteris yang menenun benang-benang halus menghubungkan lembah Mesopotamia dengan dunia digital modern. Melalui lensa filsafat yang menelisik hakikat, esoteris yang menggali pengetahuan batin, dan teosofi yang mencari kesatuan dalam keragaman tradisi, kita dapat menyelami samudra makna di balik gelombang sejarah yang tampak. Pada muara sungai Tigris dan Efrat, di mana batu bata pertama peradaban terhampar, Mesopotamia bukan hanya melahirkan tulisan dan hukum tertulis. Di sana, dalam gema  Enu...