Skip to main content

Kebangkitan Al Masih



Kebangkitan Yesus, dalam pandangan teosofi, tidak hanya merupakan peristiwa historis tetapi juga simbolik yang merepresentasikan kebangkitan spiritual dalam diri manusia. Jika di dalam agama-agama tradisional seperti Kristen, kebangkitan dianggap sebagai kebangkitan fisik setelah kematian, teosofi melihatnya sebagai sebuah proses spiritual yang lebih dalam. 

Menurut teosofi, Yesus adalah salah satu dari para Avatar atau guru spiritual yang membawa pesan universal tentang evolusi jiwa dan penyatuan dengan prinsip-prinsip ilahi. Kebangkitan-Nya setelah kematian di kayu salib adalah lambang dari kemenangan atas keterikatan material dan kebangkitan menuju kesadaran ilahi.

Pandangan ini mencerminkan gagasan bahwa kebangkitan adalah proses yang terjadi di dalam diri setiap individu. Ini adalah perjalanan dari kehidupan duniawi yang terikat oleh ego dan materi menuju kesadaran yang lebih tinggi, yang sering digambarkan sebagai "Kristus dalam diri" atau pencerahan. Teosofi mengajarkan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk mengalami kebangkitan ini, melalui meditasi, pengembangan diri, dan pemahaman spiritual.

Pendekatan teosofi terhadap kebangkitan ini mengajarkan bahwa esensi dari ajaran Yesus bukan hanya pada peristiwa sejarahnya, tetapi lebih pada bagaimana kita menginternalisasi dan menghidupkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kebangkitan adalah simbol dari proses transformatif di mana kita melepaskan keterikatan duniawi dan mengembangkan kesadaran yang lebih mendalam tentang diri sejati kita.

Referensi:

1. Besant, Annie. *Esoteric Christianity: Or, The Lesser Mysteries*. Theosophical Publishing House, 1901.
2. Leadbeater, C.W. *The Inner Life*. Theosophical Publishing House, 1911.
3. Blavatsky, H.P. *The Key to Theosophy*. Theosophical Publishing House, 1889.

Comments

Popular posts from this blog

Ulang Tahun dalam Perspektif Kebudayaan dan Filsafat: Makna Spiritualitas di Balik Perayaan

Ulang tahun adalah peristiwa yang secara universal dirayakan di berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Perayaan ini tidak hanya menjadi momen kebahagiaan dan refleksi, tetapi juga mengandung makna mendalam yang berakar pada berbagai tradisi spiritual dan filsafat. Artikel ini akan mengeksplorasi makna ulang tahun dari perspektif kebudayaan dan filsafat, dengan fokus pada bagaimana berbagai tradisi dan pemikiran memberikan arti pada perayaan ulang tahun sebagai sebuah momen sakral dalam perjalanan hidup manusia. Ulang Tahun dalam Perspektif Kebudayaan Dalam banyak kebudayaan, ulang tahun dianggap sebagai tonggak penting dalam kehidupan seseorang. Di beberapa tradisi, seperti di Bali, Indonesia, ulang tahun (yang disebut "otonan") dirayakan dengan ritual yang penuh makna simbolis untuk menandai kelahiran fisik dan spiritual seseorang. Ulang tahun di sini bukan hanya sekadar perayaan kelahiran, tetapi juga pengingat akan hubungan antara individu dengan alam semesta da...

Tahun Baru Imlek

Tahun Baru Imlek, atau yang dikenal juga sebagai Festival Musim Semi, adalah salah satu perayaan terpenting dalam budaya Tionghoa. Namun, di balik tradisi dan perayaannya yang meriah, terdapat makna mendalam yang bisa ditinjau dari berbagai perspektif ilmu pengetahuan, termasuk filsafat, esoteris, dan theosofi. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi Tahun Baru Imlek melalui lensa ketiga disiplin ini, menggali makna filosofis, spiritual, dan universal yang terkandung di dalamnya.   --- 1. Filsafat: Keseimbangan dan Harmoni**   Dalam filsafat Tionghoa, terutama yang dipengaruhi oleh Taoisme dan Konfusianisme, Tahun Baru Imlek bukan sekadar perayaan pergantian tahun, tetapi juga momen untuk merefleksikan prinsip-prinsip hidup yang mendasar.   a. Yin dan Yang: Keseimbangan Alam**   Konsep Yin dan Yang, yang berasal dari Taoisme, menggambarkan dualitas dan keseimbangan alam semesta. Tahun Baru Imlek menandai awal musim semi, di mana energ...

Dualisme

Dualisme, sebagai teori yang menegaskan keberadaan dua prinsip dasar yang tak tereduksi, telah menjadi poros penting dalam perjalanan pemikiran manusia. Konsep ini tidak hanya mewarnai diskursus filsafat Barat dan agama-agama besar dunia, tetapi juga memicu refleksi mendalam dalam tradisi esoteris seperti Theosofi. Di balik perdebatan antara dualitas dan non-dualitas, tersembunyi pertanyaan abadi tentang hakikat realitas, kesadaran, serta hubungan antara manusia dengan kosmos. Kita akan menelusuri perkembangan dualisme dalam berbagai tradisi intelektual dan spiritual, sekaligus mengeksplorasi upaya untuk melampauinya melalui perspektif non-dualistik yang menawarkan visi kesatuan mendasar. Dalam filsafat Barat, René Descartes menancapkan tonggak pemikiran dualistik melalui pemisahan radikal antara  res cogitans  (pikiran) dan  res extensa  (materi). Descartes, dalam  Meditationes de Prima Philosophia , menempatkan kesadaran sebagai entitas independe...