Manusia telah lama mencoba memahami alam semesta dan diri mereka sendiri melalui berbagai lensa filosofis dan spiritual. Salah satu gagasan menarik yang muncul dari tradisi esoteris dan teosofi adalah konsep tentang desire elementals, entitas yang terbentuk dari perpaduan energi emosional dan esensi elemental dari alam astral. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh tokoh-tokoh teosofi seperti Charles W. Leadbeater dan Annie Besant, dan kemudian berkembang menjadi salah satu pilar penting dalam pemahaman tentang tubuh astral serta kehidupan pasca-kematian.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang tubuh astral dan elemen-elemen astral menjadi krusial. Tubuh astral tidak hanya dianggap sebagai perpanjangan dari tubuh fisik, tetapi juga sebagai rumah bagi emosi dan keinginan manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam teosofi, tubuh astral dapat menghasilkan desire elementals, entitas semi-otomatis yang terbentuk dari energi keinginan yang intens. Esai ini akan membahas konsep desire elementals dalam berbagai perspektif: filsafat umum, esoteris, dan teosofi, serta implikasinya bagi perkembangan spiritual manusia.
1. Desire Elementals dalam Filsafat Umum: Antara Tubuh dan Jiwa
Filsafat Barat telah lama mengkaji hubungan antara tubuh, pikiran, dan emosi. Para filsuf seperti Plato, Aristoteles, dan Descartes masing-masing memberikan perspektif mereka tentang hubungan antara tubuh fisik dan pikiran, tetapi peran emosi, atau apa yang kita sebut desire, juga menjadi fokus penting.
Plato, dalam The Symposium, menyebut eros (cinta atau hasrat) sebagai kekuatan pendorong yang bisa membawa seseorang menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Namun, ketika hasrat tidak terkendali atau diarahkan ke objek material yang tidak permanen, Plato memperingatkan bahwa hal itu dapat menjadi sumber penderitaan. Konsep desire elementals dapat dipahami sebagai eksternalisasi dari hasrat-hasrat yang terfokus ini, di mana keinginan seseorang tidak hanya mengubah pikiran atau emosi, tetapi juga menciptakan energi tertentu yang dapat mempengaruhi dunia di sekitarnya.
Aristoteles juga mengakui peran keinginan dalam kehidupan manusia, tetapi ia melihatnya sebagai salah satu komponen dari psyche (jiwa). Baginya, keinginan adalah kekuatan yang harus dikendalikan oleh akal, agar tidak menjadi sumber kekacauan atau ketidakseimbangan dalam diri manusia. Dari sudut pandang filsafat umum, desire elementals mungkin dapat dipandang sebagai hasil dari keinginan yang tidak terkendali, di mana emosi yang kuat dan intens menghasilkan entitas energetik yang memiliki kehidupan sendiri.
2. Perspektif Esoteris tentang Desire Elementals: Energi Emosional dan Alam Astral
Dalam tradisi esoteris, manusia tidak hanya dianggap sebagai makhluk fisik, tetapi juga sebagai makhluk energetik yang beroperasi di berbagai dimensi keberadaan. Salah satu dimensi tersebut adalah alam astral, yang sering digambarkan sebagai dunia energi halus di mana emosi dan keinginan manusia berinteraksi dengan entitas dan kekuatan non-fisik.
Tubuh astral, menurut esoterisme, adalah kendaraan bagi emosi dan keinginan manusia. Ketika seseorang mengalami emosi yang intens, sebagian energi dari tubuh astral dapat dilepaskan dan mengambil bentuk fisik dalam alam astral, menciptakan entitas yang dikenal sebagai desire elementals. Entitas ini, meskipun tidak hidup dalam pengertian tradisional, memiliki tingkat kesadaran yang terbatas dan sangat didorong oleh keinginan atau hasrat yang menciptakannya.
Konsep ini sangat berhubungan dengan gagasan bahwa pikiran dan emosi manusia menciptakan realitas mereka sendiri. Dalam hal ini, desire elementals adalah manifestasi langsung dari energi emosional yang dilepaskan oleh tubuh astral. Misalnya, seseorang yang sering marah atau iri hati dapat secara tidak sadar menciptakan desire elementals yang memancarkan energi negatif ke lingkungannya, mempengaruhi suasana hati dan emosi orang lain. Ini juga menjelaskan mengapa tradisi esoteris sering menekankan pentingnya pengendalian emosi dan pembersihan tubuh astral melalui meditasi dan disiplin spiritual.
3. Teosofi: Tubuh Astral dan Desire Elementals sebagai Entitas Semi-Otonom
Teosofi, yang dikembangkan oleh Helena Petrovna Blavatsky, Annie Besant, dan Charles W. Leadbeater, menawarkan pandangan komprehensif tentang struktur manusia dan alam semesta. Menurut ajaran teosofi, manusia memiliki berbagai tubuh halus yang berfungsi di berbagai tingkat realitas, salah satunya adalah tubuh astral. Tubuh astral ini terutama terlibat dalam emosi dan keinginan, dan setelah kematian, ia menjadi medium utama untuk kehidupan pasca-kematian sebelum jiwa individu memasuki keadaan yang lebih tinggi.
Dalam pandangan teosofi, desire elementals terbentuk ketika keinginan atau emosi yang kuat memancarkan energi dari tubuh astral. Entitas ini bukanlah makhluk hidup dalam pengertian biologis, tetapi mereka memiliki “jiwa” yang berasal dari keinginan atau hasrat yang menciptakannya. Entitas ini dapat bertahan selama beberapa waktu di alam astral, tergantung pada kekuatan emosi yang menghidupinya.
Charles W. Leadbeater, dalam bukunya The Astral Plane, menyebutkan bahwa desire elementals terutama terdiri dari esensi elemental dari enam tingkat bawah alam astral. Mereka adalah hasil dari interaksi antara pikiran dan energi astral yang terfokus pada objek atau situasi tertentu. Seiring waktu, jika hasrat atau emosi yang menciptakan mereka memudar, desire elementals ini juga akan larut kembali ke dalam alam astral.
Namun, jika seseorang terus memupuk emosi negatif seperti kebencian atau keserakahan, desire elementals ini dapat bertahan lebih lama dan bahkan mengganggu perkembangan spiritual individu tersebut. Inilah sebabnya teosofi menekankan pentingnya pengendalian pikiran dan emosi melalui disiplin spiritual, seperti meditasi dan refleksi diri, untuk mencegah penciptaan entitas yang merusak ini.
4. Dampak dan Implikasi Spiritual
Keberadaan desire elementals menunjukkan bahwa emosi dan keinginan manusia memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang terlihat di permukaan. Mereka tidak hanya mempengaruhi kondisi psikologis, tetapi juga menciptakan dampak energetik yang meluas ke alam non-fisik. Dalam konteks ini, kontrol emosi menjadi sangat penting, bukan hanya untuk kesehatan mental dan emosional, tetapi juga untuk keseimbangan spiritual.
Tradisi esoteris dan teosofi menekankan bahwa dengan berlatih disiplin mental dan emosional, manusia dapat membersihkan tubuh astral mereka dari entitas negatif ini dan mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Meditasi, introspeksi, dan pengembangan kasih sayang adalah beberapa praktik yang dianjurkan untuk memurnikan tubuh astral dan mencegah penciptaan desire elementals yang merugikan.
Kesimpulan
Konsep desire elementals menawarkan wawasan yang mendalam tentang bagaimana keinginan dan emosi manusia tidak hanya mempengaruhi tubuh fisik, tetapi juga membentuk realitas di luar dunia material. Dalam filsafat umum, keinginan adalah kekuatan pendorong utama dalam kehidupan manusia, sedangkan dalam tradisi esoteris dan teosofi, keinginan yang tidak terkendali dapat menciptakan entitas non-fisik yang memiliki dampak signifikan pada perkembangan spiritual.
Dengan memahami dan mengendalikan emosi serta hasrat, manusia dapat mencegah penciptaan entitas negatif di alam astral dan mencapai keseimbangan yang lebih besar dalam kehidupan fisik dan spiritual mereka.
Daftar Pustaka
- Leadbeater, Charles W. The Astral Plane: Its Scenery, Inhabitants and Phenomena. Theosophical Publishing House, 1900.
- Besant, Annie. Man and His Bodies. Theosophical Publishing Society, 1911.
- Powell, Arthur E. The Astral Body and Other Astral Phenomena. Theosophical Publishing House, 1927.
- Blavatsky, H.P. The Secret Doctrine: The Synthesis of Science, Religion, and Philosophy. Theosophical Publishing Company, 1888.
- Steiner, Rudolf. Theosophy: An Introduction to the Spiritual Processes in Human Life and in the Cosmos. Anthroposophic Press, 1904.
- Plato. The Symposium. Translated by Benjamin Jowett, Dover Publications, 1994.
- Brennan, Barbara Ann. Hands of Light: A Guide to Healing Through the Human Energy Field. Bantam Books, 1987.
- Aristotle. Nicomachean Ethics. Translated by W.D. Ross, Oxford University Press, 1925.
- Taimni, I.K. Man, God, and the Universe. The Theosophical Publishing House, 1969.
Comments
Post a Comment